Pages

Jumat, 07 September 2012

hikayat hang tuah


Hikayat Hang Tuah ialah sebuah epik kepahlawanan yang merentasi sepanjang zaman naik turun kerajaan Empayar Melaka. Hang Tuah merupakan seorang laksamana yang terutama serta pahlawan Melayu yang taat kepada rajanya terutama semasa pemerintahan Sultan Mansur Shah di Melaka pada abad ke-15. Hikayat ini dipercayai mula ditulis sekitar 1700 (Leiden manuscript Cod.Or.1762.) tetapi manuskrip lengkap adalah bertarikh 1849.[1]
Pada masa pemudanya, Hang Tuah dan empat orang temannya, iaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, serta Hang Lekiu, membunuh segerombolan lanun dan dua orang lain yang mengamuk dan membuat kacau-bilau di dalam kampung. Si Bendahara (sama dengan Perdana Menteri dalam istilah moden) Melaka nampak bakat mereka dan mengambil mereka bertugas di dalam istana. Hang Tuah dibabadkan dalamSejarah Melayu dan Hikayat Hang Tuah.
Semasa bertugas dengan istana Melaka, Hang Tuah membunuh seorang pahlawan Jawa yang dikenali sebagai Taming Sari. Taming Sari merupakan seorang anak buah Empayar Majapahit yang telah dihadiahkan dengan sebilah keris kuno yang dipercayai boleh menyebabkan pemiliknya kebal. Keris itu dinamai "Taming Sari" sempena pemiliknya yang asal.
Hang Tuah kemudian dituduh kerana berzina dengan dayang Sultan, dan suatu keputusan serta merta dibuat untuk menghukum mati laksamana yang tidak bersalah itu. Bagaimanapun, hukuman mati itu tidak dilaksanakan, dan sebagai ganti, Hang Tuah dihantar ke suatu tempat yang terperinci oleh si Bendahara. Mempercayai bahawa Hang Tuah telah mati, Hang Jebat (menurut Hikayat Hang Tuah) atau Hang Kasturi (menurutSejarah Melayu), melancarkan pemberontakan balas dendam terhadap Sultan Mansur Shah, dan menyebabkan keadaan kelam-kabut di kalangan penduduk. Sultan Mansur Shah berasa sesal tentang hukuman mati Hang Tuah, kerana Hang Tuah merupakan orang tunggal yang berupaya membunuh Hang Jebat (atau Hang Kasturi). Akhirnya, si Bendahara memanggil balik Hang Tuah daripada persembunyiannya, dan diampun oleh Sultan. Selepas berlawan selama tujuh hari, Hang Tuah berjaya membunuh Hang Jebat dan mendapat balik keris Taming Sarinya.
Hang Tuah meneruskan khidmatnya kepada Sultan Mansur Shah selepas kematian Hang Jebat. Pada lewat hidupnya, beliau diutuskan meminang seorang puteri yang tinggal di puncak Gunung Ledang. Beliau gagal dalam tugas itu, dan disebabkan perasaan malu, Hang Tuah terus hilang dan langsung tidak dinampak lagi. (Sila lihat rencana Puteri Gunung Ledang.)
Hang Tuah terkenal untuk pepatahnya, "Takkan Melayu Hilang di Dunia" Petikan itu merupakan sorakan yang termasyhur untuk nasionalismeMelayu.

Senin, 23 Juli 2012

chairul tanjung si anak singkong



1342021124213829080
Sebuah buku super inspiratif menurut saya, setelah membacanya. Penuturan cerita yang apa adanya membuat jauh dari kesan lebay atau mendramatisir keadaan. Berbagai kisah yang membuat saya tergetar haru dan speechless.
Buku yang merupakan kisah perjalanan hidup seorang pengusaha sukses di negeri ini. Chairul Tanjung, adalah pemilik beberapa perusahaan besar seperti stasiun televisi swasta ( Trans TV), Trans Studio, hotel, bank, dan terakhir  kabarnya menjadi salah salah satu pembeli 10% saham perusahaan penerbangan papan atas Indonesia ( Garuda ) dsb dll.
Untuk menuliskan ekstrak sebuah buku setebal 384 halaman tentu tidak cukup mudah. Namun di sini saya ingin berbagi sedikit kisah yang semoga bermanfaat bagi Anda yang belum sempat membaca buku tersebut ( sejujurnya, saya berharap sahabat semua menyempatkan untuk membacanya suatu saat nanti). Maka, saya coba menuangkan beberapa kenangan masa kanak-kanak hingga masa kuliah saja, segera setelah saya selesai membacanya, hari ini.
Chairul Tanjung kecil melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak pinggiran kota Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat pisau dari paku yang digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran, adalah kegiatan seru yang menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di akhir pekan ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan murah, buah lontar.
Kelas 1 hingga kelas 2 SD sekolah diantar jemput oleh Kak Ana, seorang sanak keluarga dari Sibolga, dengan naik oplet. Selanjutnya kelas 3 SD sudah bisa pulang-pergi sekolah sendiri.
Saat usia SMP, Bapaknya ( Abdul Gafar Tanjung ) yang saat itu telah mempunyai percetakan, koran, transportasi dll gulung tikar dan dinyatakan pailit oleh pemerintah karena idealismenya yang bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa saat itu ( Soeharto). Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar. Semua koran Bapaknya dibredel. Semua aset dijual hingga tak memiliki rumah satu pun.
Mungkin demi gengsi, di awal-awal, Bapaknya menyewa sebuah losmen di kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan kamar mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6 orang anaknya, termasuk Chairul sendiri.
Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis. Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah.
Ibunya adalah sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit apapun keadaan keluarga. Namun saat itu, Chairul melihat raut wajah ibunya sendu, tidak ceria dan tampak lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya didesak Chairul, Ibunya baru berucap : ”Kamu punya sedikit uang, Rul? Uang ibu sudah habis dan untuk belanja nanti pagi sudah tidak ada lagi. Sama sekali tidak ada”.
( Tidak diceritakan lebih jelas akhirnya mendapat solusi dari mana, namun kita bisa tahu bahwa di usia SMP, Chairul sudah menyadari bagaimana kesulitan orang tuanya, bahkan untuk makan sehari-hari. Dan Ibunya adalah sosok yang sangat tabah menjalani kerasnya kehidupan).

Menunggu Bapak Pulang demi Zakat Fitrah
Suatu hari malam takbiran saat saya masih kelas dua SMP. Was-was menunggu bapak yang belum juga pulang. Saya sendirian menunggu beliau di ujung gang seraya berdoa semoga  beliau kali ini membawa uang untuk zakat fitrah kami sekeluarga.
Nanar melihat euforia malam takbiran. Teman-teman sebaya sudah bergembira, beberapa di antaranya bahkan menyewa becak keliling kota.
Beberapa kali air mata ini sempat menetes, sangat sesak rasanya. Ada tetangga yang memperhatikan dan sempat akan memberi zakat, saya tolak. ”Ya Allah, kami masih kuat berdiri. Meski tidak punya uang, kami masih mampu mencari,” saya pikir.
Alhamdulillah, menit-menit terakhir menjelang shalat Id, bapak akhirnya pulang dan memberi sejumlah uang untuk membayar zakat kami sekeluarga.
Pukul 03.30  pagi saya bangunkan pengurus masjid yang tengah lelap dalam tidurnya dan menyerahkan uang itu. Setelah itu lega luar biasa. Langsung bergegas ke masjid untuk shalat Id meski tanpa pakaian baru seperti teman-teman lainnya. Allahu Akbar! Tuntas kewajiban kami, ya Allah!”

Tidak ikut Study Tour ke Yogyakarta
Kelas 3 SMP sebagaimana yang dilakukan di banyak sekolah, diselenggarakan acara study tour yang pengumumannya 2 bulan sebelum keberangkatan.
Pak A.G Tanjung ( bapaknya Chairul ) saat itu mengelola perusahaan transportasi milik kawannya, sehingga otomatis Chairul mengetahui proses kerja penanganan wisata. Maka ia pun dipercaya sebagai koordinator transportasi untuk acara study tour sekolahnya ke Yogya tersebut. Namun sampai tiba waktunya, ibunya tidak mempunyai cukup uang untuk membayar biaya study tour senilai Rp. 15.000,- sehingga dengan alasan ada kepentingan keluarga, Chairul tidak ikut berangkat dalam acara yang bahkan ia sendiri yang sibuk mengurus berbagai persiapan. Ia mengerjakan tugasnya sebagai koordinator dengan seksama dan melepas kepergian teman-temannya di halaman sekolah, dengan perasaan sakit yang disembunyikan serapat mungkin.

Menggadaikan Kain Halus Ibu sebagai Biaya Kuliah
Mendaftar di perguruan tinggi negeri adalah satu-satunya pilihan untuk bisa kuliah saat itu, karena belum banyak pilihan untuk melanjutkan di universitas swasta. Jika pun ada, biayanya sangat tinggi. Jadi jika tidak diterima di negeri, alamat jalan untuk melanjutkan pendidikan tertutup sudah. Tidak mungkin keluarganya dapat membayar biaya kuliah di perguruan tinggi swasta, apalagi semua anak-anaknya masih dalam masa pendidikan.
Maka, adalah sebuah kebahagiaan yang tak terkira saat melihat nama Chairul Tanjung termasuk di antara daftar siswa yang dinyatakan lulus UMPTN. Pulang dari tempat pengumuman di Parkir Timur Senayan, Chairul mengabarkan pada orang tuanya bahwa ia diterima di FKG. Sebuah kabar bahagia tentunya, disertai pemberitahuan lain berupa biaya kuliah di FKG-UI. Total Rp. 75.000,- yang rinciannya adalah Rp. 45.000 untuk biaya kuliah, dan 30.000 untuk biaya administrasi, uang jaket dsb.
Ibunya meminta waktu beberapa hari untuk menyiapkannya. Dan sesuai janji, beberapa hari kemudian Ibunya tersenyum sambil memberikan uang yang yang diperlukan. Maka tahun 1981 Chairul Tanjung tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Minggu awal masuk kuliah, Chairul didaulat menjadi Ketua Angkatan Mahasiswa FKG-UI, atau mendapat julukan Jendral Angkatan”. Bisa jadi karena postur tubuhnya yang tinggi besar, dan tentu karena pengalaman berorganisasi dari SMP dan SMA yang telah dijalankannya.
Berinteraksi dengan para sahabat baru di kampus adalah hal baru yang menyenangkan tentunya. Meski mengaku sering makan di kantin CM ”Cepek Murah” Warung Toyib dengan nasi setengah porsi, sayur, tempe/tahu, semua terasa nikmat dan membuatnya bahagia.
Hingga suatu sore, ibunya, Ibu Halimah yang di kalangan tetangga dekat biasa dipanggil Mpok Limah, asli Cilandak, Sukabumi, Jawa Barat, berkata dengan terus terang kepadanya. Bahwa untuk ongkos kuliah ibunya harus pontang-panting mendapatkan uang. Dengan air mata, ibunya menatap sang anak sambil berucap ”Chairul, uang kuliah pertamamu yang ibu berikan beberapa hari yang lalu ibu dapatkan dari menggadaikan kain halus ibu. Belajarlah dengan serius, Nak.”
Mendengar itu, bumi tempatnya berpijak seolah berhenti berotasi, ia lemas seperti tanpa darah. Bisa dibayangkan, baru menikmati keceriaan bertemu teman-teman baru, tiba-tiba mendengar berita menyedihkan itu. Chairul mengaku terpukul, shock. Bukan untuk putus asa dan menyerah terhadap keadaan, namun sebaliknya. Dari situlah ia bertekad untuk tidak meminta uang lagi kepada orang tuanya. Ia harus bisa memenuhi semua keperluan kuliah dengan usahanya sendiri.

Lima Belas Ribu Pertama dalam Hidup Chairul
Di FKG-UI banyak sekali praktikum, dari membuat gigi palsu menggunakan wax ( lilin), gipsum, dsb. Ada buku praktikum sekitar 20 halaman yang harus diperbanyak ( difotocopy) oleh mahasiswa sebagai pedoman wajib.
Di lingkungan Salemba Raya, bertebaran tukang foto kopi dengan ongkos per lembar Rp. 25,- sehingga diperlukan total Rp. 500,- untuk mendapatkan buku tersebut.
Nah, Chairul mempunyai teman SMP yang orang tuanya memiliki usaha percetakan di Jl. Bango V No. 5, Senen. Namanya Bravo Printing. Usaha percetakan milik Pak Surya itu dijalankan oleh Pak Surya sendiri beserta anak-anaknya Toni, Hardi Surya, Beni ( teman Chairul).
Maka Chairul datang ke percetakan itu meminta tolong pada Hardi Surya ( kakak kelas Chairul di SMP juga ), dan disanggupi dikerjakan dengan harga Rp 150. Dikerjakan dulu, dibayar setelah selesai.
Maka, peluang usaha mulai dilihatnya. Esoknya, Chairul menawarkan jasa cetak diktat dengan harga Rp.300, lebih hemat tentunya dibanding harga pasar yang Rp. 500,-. Singkat cerita, ada 100 orang temannya yang mendaftar mencetak di Chairul, dan otomatis ia mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 15.000,-
Sebuah keuntungan yang diperoleh dengan proses sangat mdah, dengan hanya berbekal jaringan dan kepercayaan.

Uang keuntungan usaha yang baru pertama kali diterimanya sebesar 15.000 itu dirasakan Chairul sebagai momentum pembangkit kepercayaan diri             
selanjutnya.

Puluhan ribu berikutnya, ratusan ribu dan jutaan berikutnya bukan perkara sulit jika 
semangat dan kepercayaan bisa terus dijaga. Sejak itu hidupnya terasa lebih mudah.

Dari 15.000 itu kemudian ia terkenal ke seantero kampus sebagai pengganda diktat yang murah. Awalnya ia mendapat tempat fotocopy murah di daerah Grogol ( Rp. 15,-/lembar dan karena memberi order banyak didiscount menjadi Rp.12,5/lembar). Dosen dan teman-teman lintas jurusan kerap menitipkan fotocopy padanya. Praktis nyaris tiap hari ia mondar-mandir Grogol-Salemba dengan bajaj mengangkut diktat-diktat yang difotocopy dibantu beberapa orang sahabatnya.
Berikutnya karena merasa lama-lama kerepotan mondar-mandir sementara iapun harus mengikuti jam perkuliahan dan menjalankan berbagai praktikum, ia mengajukan permohonan memanfaatkan ruang kosong di bawah tangga untuk menempatkan mesin foto copy.
Dan berkat hubungan baik dengan hampir semua dosen, karyawan bahkan rektor UI, ijin itu mudah didapatkan.
Lalu Chairul meminta pemilik mesin fotocopy itu membuka counter di bawah tangga di fakultasnya di Salemba. Ia mendapat marketing fee sebesar Rp.2,5,-/lembar. Dan setiap sore, Chairul tinggal datang ke tempat fotocopyan sambil meminta setoran layaknya bos…:)
( Kita semua pasti akan turut tersenyum terhibur membacanya…bangga dan haru…)
Demikianlah naluri bisnisnya kian terasah. Dari mulai usaha fotocopy, merambah ke bisnis alat-alat kesehatan sebagai salah satu kebutuhan pokok mahasiswa kedokteran gigi. Lalu masuk mencoba bisnis di luar kampus meski diakhiri cerita kebangkutan dengan ditutup tokonya.
Namun bangkit lagi dengan usaha jual-beli mobil bekas, bengkel reparasi mobil, kontraktor kecil-kecilan, dst dll.
Tahun 1984, di masa kuliah tahun ke 4 (usia 22 tahun) Chairul telah berhasil membeli mobil Honda Civic warna coklat keluaran tahun 1976 seharga 3,6 juta. Dan tahun 1986 berganti Honda Accord keluaran tahun 1981.
Perolehan itu menunjukkan bahwa ia telah berhasil mewujudkan tekadnya untuk tidak meminta biaya kuliah pada orang tuanya, sekaligus juga telah mulai menuai hasil usahanya dengan kerja keras dan kerja cerdas tersebut. Sebuah prestasi yang membanggakan setiap orang tua tentunya.

Begitulah Chairul….sambil tekun menjalankan usahanya, ia juga paralel dengan aktif di berbagai kegiatan organisasi kampus dan aktifitas sosial. Semua dijalankan secara seimbang dan bersamaan.

Hingga di usia dewasa Chairul terus memperluas jalinan silaturahim ke berbagai kalangan, berani mempelajari aneka bisnis baru dan mencari jalan untuk menjalankan dengan sebaik-baiknya. Gabungan antara kerja keras, menjaga kepercayaan, mengedepankan kejujuran dan etika bisnis, tak pernah berhenti belajar dan disertai dengan doa terbaik tentunya.
Pak Chairul Tanjung, sesosok pengusaha besar nasionalis yang sangat diperhitungkan di negeri ini, termasuk bagi Pak Dahlan Iskan yang saat itu sempat mengirimkan sms menawarkan penjualan saham Garuda sebagaimana yang sempat diceritakan oleh Pak Dis sendiri di Manufacturing Hope beberapa waktu lalu.

Beliau mungkin telah menggenggam berbagai cerita kesuksesan hari ini yang adalah hasil jerih payah dan kerja kerasnya yang dimulai sangat dini.

Tempaan hidup berupa kemiskinan, seringkali menjadikan seseorang menjadi tangguh, berkarakter dan berkepribadian.

Lalu, jika sebagian kita yang Alhamdulillah mungkin tak sampai harus mengalami kelaparan sebagaimana Pak Chairul Tanjung, dan Pak Dahlan Iskan di masa kecil……dapatkah kita mempunyai semangat juang yang sama dengan mereka semua?
Sejauh mana usaha dan kerja keras kita hari ini? Dapatkah kita menggembleng anak-anak kita untuk menyadari bahwa tugas di pundak mereka adalah menjadi manusia-manusia bermanfaat di hari depannya kelak?
Pertanyaan-pertanyaan yang tak mudah menjawabnya. Pun adalah pekerjaan yang tidak segampang mengatakannya. Yang pasti…harus terus kita nyalakan api semangatnya….agar setidaknya kita tahu apa yang harus kita lakukan hari ini, esok dan lusa.

Rabu, 27 Juni 2012

penemu hanphone pertama di dunia




Martin Cooper sang penemu telepon genggam ini sendiri tidak membayangkan bahwa telepon selular bisa sekecil sekarang ini sehingga dapat dibawa kemana saja sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan di zaman nirkabel sekarang ini. Martin Marty Cooper (lahir 26 Desember 1928 di Chicago, Illinois, USA) yang merupakan pemimpin tim insinyur dari Motorola yang mengembangkan perangkat genggam ponsel yang berbeda dari telepon mobil (Car Phone). Cooper adalah CEO dan pendiri ArrayComm, sebuah perusahaan yang bekerja dalam penelitian teknologi Smart Antena dan mengembangkan jaringan nirkabel, dan merupakan direktur Penelitian dan Pengembangan Motorola.


Masa Awal

Martin Cooper dibesarkan di Chicago ketika terjadi masa resesi dunia. Orang tuanya adalah imigran Ukraina. Ia menerima gelar sarjana di bidang Electrical Engineering pada tahun 1950.

Karir

Martin Cooper bergabung dengan Reserve Officers Training Corps Angkatan Laut Amerika Serikat. Ia bertugas di kapal perusak Angkatan Laut AS selama Perang Korea dan kemudian di sebuah kapal selam yang bermarkas di Hawaii.

Setelah perang usai, Cooper meninggalkan angkatan laut dan mulai bekerja di Teletype, anak perusahaan Western Electric. Pada tahun 1954, ia pindah ke Motorola. Sambil bekerja di sana ia meneruskan studinya dimalam hari. Pada tahun 1957, ia menerima gelar Magister dalam bidang rekayasa elektronika dari Illinois Institute of Technology.

Pada tahun 1960 ia berperan penting dalam mengubah lembaran teknologi informasi yang sebelumnya terbatas digunakan dalam satu bangunan tunggal menjadi semakin luas yang dapat menghubungkan antar kota. Cooper membantu memperbaiki cacat dalam kristal Motorola yang dibuat untuk radio. Hal ini mendorong perusahaan untuk memproduksi massal kristal kuarsa pertama untuk digunakan dalam jam tangan quartz.

Pada tahun 1960, John F. Mitchell menjadi kepala insinyur proyek komunikasi portabel Motorola. Pada awal 1970-an, Mitchell memberi tanggung jawab pada Cooper di divisi telepon mobil (Carphone). Mitchell dan Cooper membayangkan sebuah produk komunikasi yang tidak hanya terpaku di dalam mobil. Sehingga alat tersebut haruslah kecil dan cukup ringan untuk menjadi alat portabel. Butuh waktu 90 hari pada tahun 1972 untuk menciptakan prototipe pertama dari ide tersebut.

Cooper dan para insinyur yang bekerja untuknya, serta Mitchell mempatenkan penemuan “Radio Telephone System" yang diajukan pada 17 Oktober 1973 dengan nomor paten 3906166 dan disetujui pada September 1975 atas nama mereka. Cooper dianggap sebagai penemu pertama telepon genggam seluler (handphone) pertama dan orang pertama yang melakukan panggilan dengan prototipe ponsel genggam seluler tersebut pada 3 April 1973. Kejadian yang bersejarah tersebut disaksikan di muka umum di depan wartawan dan orang orang yang lewat di jalan kota New York. Panggilan pertama ditujukan kepada Dr. Joel S. Engel, kepala riset di Bell Labs.

Kalimat pertama yang diucapkan adalah "Joel, I'm calling you from a 'real' cellular telephone. A portable handheld telephone."

Panggilan pertama tersebut sebagai awal penanda mulainya pergeseran fundamental teknologi dan pasar komunikasi ke arah komunikasi telepon yang portabel dimana seseorang dapat langsung berkomunikasi langsung dengan orang lain, tidak lagi seperti dahulu kala dimana yang dituju adalah tempat sebagaimana telepon
rumah. Ini adalah karya hasil dari visinya bagi komunikasi telepon genggam nirkabel personal yang membedakannya dari telepon mobil (Car Phones). Cooper kemudian mengungkapkan bahwa ia mendapat ide untuk mengembangkan ponsel setelah menonton Kapten Kirk yang menggunakan suatu alat komunikator pada acara serial televisi Star Trek.

Meskipun digelari sebagai ‘Bapak Telepon Selular (Ponsel)’, dengan rendah hati Martin Cooper mengatakan “Meskipun aku bagian dari penemuan tersebut, tapi karya tersebut adalah hasil kerja tim dan ratusan literatur orang orang yang menciptakan visi tentang bagaimana selular seperti hari ini, yang tentu belum sempurna. Kami masih terus bekerja dan berusaha untuk membuatnya lebih baik”.


Komersialisasi Produk

Handset pertama Motorola DynaTAC, mempunyai berat 1 kg (2,2 pon) dan 35 menit waktu bicara. Di tahun 1983, setelah mengalami empat kali iterasi, tim Cooper telah mengurangi berat handset menjadi setengahnya. Harga produk tersebut sekitar $ 4.000 (atau sama nilainya dengan$ 8.600 di tahun 2009). Cooper Meninggalkan Motorola sebelum mereka mulai menjual ponsel genggamnya ke konsumen.

Sistem Bisnis Selular

Martin Cooper memulai sebuah perusahaan dengan para mitra yang menyediakan sistem penagihan operator selular. Pada tahun 1986, mereka menjual Cincinnati Bell seharga $23m.

ArrayComm

Pada tahun 1992, Martin Cooper bergabung dengan Richard Roy, seorang peneliti di Universitas Stanford, untuk membentuk ArrayComm. Perusahaan ini mulai mengkhususkan dalam penciptaan komunikasi selular yang lebih efisien. Sementara memimpin perusahaan ini, Cooper menciptakan Hukum Cooper (Cooper's Law). Hukum ini menyatakan bahwa setiap 30 bulan jumlah informasi yang ditransmisikan melalui jumlah tertentu melalui spektrum radio bertambah dua kali lipat. Dia menyatakan bahwa hukum ini telah berlaku sejak tahun 1897 ketika Marconi mempatenkan telegraf nirkabel pertama kali.

Penghargaan dan Afiliasi

Pada tahun 1995, Martin Cooper menerima penghargaan Wharton Infosys Business Transformation Award untuk inovasi teknologi di bidang komunikasi. Cooper juga merupakan anggota Mensa International. Di tahun 2000 Martin Cooper termasuk Top Sepuluh Pengusaha di majalah Red Herring. Pada tahun 2009, ia bersama dengan Raymond Tomlinson dianugerahi Prince of Asturias, sebuah penghargaan bagi penelitian ilmiah dan penelitian teknis.

“ Wireless is freedom. It's about being unleashed from the telephone cord and having the ability to be virtually anywhere when you want to be. That freedom is what cellular is all about. It pleases me no end to have had some small impact on people's lives because these phones do make people's lives better. They promote productivity, they make people more comfortable, they make them feel safe and all of those things. In the sense I had a small contribution there makes me feel very good” (Martin Marty Cooper)

Kamis, 21 Juni 2012

sejarah james Mcneill whistler



Self portrait (1872)
James Abbott McNeill Whistler atau James Whistler (lahir 14 Juli 1834 – meninggal 17 Juli 1903 pada umur 69 tahun) adalah seorang pelukis terkenal dari MassachusettsAmerika Serikat. Sebagian besar karya lukisannya dihasilkan di Eropa. Pada tahun 1842ia bersama keluarganya pindah ke St. PetersburgRusia, ketika ayahnya bekerja menjadi pekerja konstruksi rel kereta api. Whistler kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1849 dan mencoba masuk ke akademi militer di West Point, namun ditolak. Lalu pada tahun 1844 ia memutuskan untuk pergi ke Eropa untuk mendalami seni rupa walaupun ditentang oleh keluarganya. Sampai akhir hidupnya Whistler tinggal dan hidup di Eropa.
Karya terbaik Whistler yang sangat dikenal adalah Arrangement in Gray and Black: Portrait of the Artist's Mother atau Whistler's Mother(lukisan ibunya). Lukisan ini saat ini berada di Musée d'Orsay di Paris.

[sunting]Biografi

Whistler lahir di Lowell, Massachusetts, tahun 1834. Whistler pertama kali diperkenalkan tentang seni oleh saudara iparnya, Francis Haden, yang adalah seorang fisikawan sekaligus seniman berbakat. Haden mengajak Whistler untuk mengunjungi koleksi-koleksi seni dan juga memberinya seperangkat cat dan palet. Whistler pernah dilukis oleh Sir William Boxall tahun 1848, ia menganggap lukisannya sangat mirip dirinya, permukaannya lembut, dan tampak begitu kaya. ia mulai mengumpulkan buku-buku tentang seni. Dari situlah, saat ia umur 15, antusiasmenya pada seni berkembang. Namun sepeninggalan ayahnya, karier dan masa depannya terhadap senipun menjadi kian suram.
Ibu Whistler mengirimnya ke Christ Church Hall School dengan harapan agar anaknya dapat menjadi pendeta. Di kelas, ia dikenal teman-temannya karena ia tidak pernah lepas dari buku sketsa dan sering menggambar karikatur. Setelah ia sadar bidang teologi tidak cocok untuk kariernya, kemudian ia pindah ke United States Military Academy di West Point, tempat ayahnya pernah mengajar gambar dan ada beberapa kerabatnya di sana. Selama 3 tahun ia di sana, nilai-nilainya nyaris tidak memuaskan. Ia dikenal sebagai si Curly, karena rambutnya yang ikal dan panjang melebihi batas, selain itu ia suka memberikan komentar-komentar sarkastik sehingga sering dicemooh orang.
Setelah dari West Point, ia bekerja sebagai penggambar peta untuk keperluan maritim dan militer AS. Namun menurutnya pekerjaan itu sangat membosankan, Whistler lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain bilyar dan menggoda banyak wanita. Ia pernah dipindahkan kerja ke divisi US Coast Survey dan hanya bertahan 2 bulan. Namun dari situ ia belajar tentang teknik etsa.
Selama beberapa bulan ia tinggal bersama temannya yang kaya, Tom Winans. Winans sampai membuatkan studio kecil dan mengeluarkan banyak uangnya untuk karier seni Whistler. Walau ibu Whistler memberikan opsi lain untuk kariernya, namun saat Whistler menegaskan bahwa seni adalah kariernya.
Kemudian tahun 1855 ia tiba di Paris, menyewa studio di Latin Quarter, dan dengan cepat mengadopsi kehidupan seniman bohemia. Ia belajar metode seni tradisional dalam waktu singkat di Ecole Impériale et Spéciale de Dessin dan di studio Charles Gabriel Gleyre. Ia juga mempelajari karya-karya Ingres, dan membuatnya sangat terkesan. Whistler akhirnya mendapatkan dua prinsip yang ia gunakan selama sisa kariernya: baris adalah lebih penting daripada warna dan yang hitam adalah warna dasar harmoni tonal.
Selama musim panas 1858, Whistler bepergian dengan sesama seniman Ernest Delannoy ke RhinelandJerman. Selama tahun itu, ia melukis potret diri pertamanya, sebuah karya dengan cat minyak, "Portrait of Whistler dengan Hat", teknik render yang gelap dan tebalnya mengingatkan pada gaya Rembrandt, pelukis Belanda yang ia idolakan.
Pada tahun itu ia menjalin persahabatan dengan Henri Fantin-Latour, yang dijumpainya di Louvre. Melalui dia, Whistler diperkenalkan ke lingkaran Gustave Courbet, yang termasuk Carolus-Duran (kemudian gurunya John Singer Sargent), Alphonse Legros, dan Edouard Manet. Dari Courbet, ia banyak mendapatkan inspirasi realisme yang ia gunakan pada awal kariernya.
Tahun 1872, Whistler disukai bosnya, Frederick Leyland, seorang musisi amatir yang berbakti untuk Chopin. Darinya, Whistler terinspirasi untuk menggunakan judul musik untuk karya-karyanya seperti sebuah "nocturne", "symphony", "harmony", "study" or "arrangement” untuk menekankan kualitas tonal dan komposisi tanpa menekankan isi narasi.
Karya Whistler diasosiasikan dengan karya impresionis (walaupun ia lebih tertarik dalam menimbulkan emosi tertentu daripada secara akurat mengambarkan efek cahaya), simbolisme, estetisme, dan dia berperan sebagai titik tengah dari Modern Movement di Inggris.

Kamis, 31 Mei 2012

sunrise studio


Sunrise, Inc. (株式会社 Kabushiki-gaisha Sanraizu) adalah studio animasi JepangSunrise adalah anak perusahaan dari Namco Bandai. Dulu namanya adalah Sunrise Nippon, dan sebelum itu, Sunrise Studios. Kantor pusatnya terletak di Suginami, Tokyo. 

Di antara studio-studio animasi besar di Jepang, Sunrise terkenal dalam serial anime yang kritis dan bisa jadi populer, seperti Gundam, Armored Trooper Votoms, Vision of Escaflowne, Cowboy Bebop ,Witch Hunter Robin, Mai-Hime, Mai-Otome, Code Geass: Lelouch of Rebellion, serta banyak adaptasi dari manga dan novel-novel ringan seperti Dirty Pair, City HunterInuyasha, Outlaw Star, Yakitate! Japan, Planetes, Keroro Gunsou, Gin Tama dan beberapa lainnya. Karena fluiditas pekerjaan mereka, beberapa fans menyebut kebanyakan animasi mereka sebagai "Sunrise Smooth". 

GUNDAM 
(mulai 1979)

Armors Trooper Vortoms 
(1983)

Vision of Escaflowne 
(1996)
Cowboy Bebop  
(1998)

Witch Hunter Robin

Mai-Hime

Mai-Otome

Code Geass: Lelouch of the Rebellion 
(2006)

Code Geass R2 
(2008)

Keroro Gunsou

Gin Tama

Anime yang dibuat oleh Sunrise yang telah memenangkan penghargaan Animage Anime Grand Prixadalah Mobile Suit Gundam pada tahun 1979 dan paruh pertama 1980, Ideon Space Runaway pada paruh kedua tahun 1980, Crusher Joe (co-produksi) pada tahun 1983, Dirty Pair pada tahun 1985,Future GPX Cyber Formula pada tahun 1991, Gundam Seed pada tahun 2002, Gundam Seed Destiny pada tahun 2004 dan 2005, Code Geass: Lelouch of Rebellion pada 2006 dan 2007 danCode Geass R2 pada tahun 2008. 

Ideon Space Runaway 
(1980)

Crusher Joe 
(1983)
Dirty Pair  
(1985)

Future GPX Cyber Formula 
 (1991)

Gundam Seed

Gundam Seed Destiny

Sejarah 

Menurut sebuah wawancara dengan anggota, Sunrise studio didirikan oleh mantan anggota Mushi Production di 1972 , di bawah nama Studio Sunrise, Ltd. (有限会社サンライズ Yugen-Kaisha Sanraizu Sutajio). Ada banyak sub-divisi (Sunrise No.1 Studio, No.2 Studio, Sunrise Iogi Studio (featuringTaniguchi Goro ), dan Sunrise Emotion Studio (featuring Katsuhiro Otomo), yang dipimpin oleh produser dan direksi Sunrise.


Mushin Eiyuden Wataru 
(1988-1997)
 
Yusha  
(1990-1997)


Eldran series(1991-1993)
Crest of Stars series 
(1999-2001)

Sunrise telah terlibat dalam anime serial televisi yang populer dan diakui, termasuk Mobile Suit Gundam (dan semua berbagai spin-off dan sekuelnya sejak 1979), Mushin Eiyuden Wataru series(1988-1997), Yusha series (1990-1997), Eldran series (1991-1993) yang kini menjadi bagian dari seriYusha sejak merger dengan Takara Tommy, dan Crest of Stars series (1999-2001). MemproduksiIdeon Space Runaway pada tahun 1980. 


Voltes V Chodenji Mecha
(1977)
Tosho Daimos
(1978)
Cyborg 009
(1979)
Invisible Steel Man Daitran 3
(1978)
Fang of the Sun Dogram (1981)
Aura Battle Dunbine series
(1983)
Blue Comet SPT Layzner 
(1985)
Mereka memiliki pernah bekerja sama dalam memproduksi beberapa serial dengan Toei Animation, termasuk Chodanji Robo Combattler V (1976), Voltes V Chodenji Mecha (1977), Tosho Daimos(1978), dan Cyborg 009 (1979). Sunrise terutama dikenal dalam anime mecha (termasuk Gundam)seperti Invisible Steel Man Daitran 3 (1978), Fang of the Sun Dogram (1981), the Armors Trooper Vortoms dan Aura Battle Dunbine series (1983), Blue Comet SPT Layzner (1985), Patlabor(1989), Vision of Escaflowne (1996), The Big O (1997), Overman King Gainer (2002), Zegapain(2007), dan Code Geass (2006/2008). Mereka bahkan bekerja bersama Tsuburaya Production untuk animasi anime The Ultraman (1979). 

Patlabor (1989)

Overman King Gainer 
(2002)

Zegapain
(2007)

The Ultraman
(1979)

Mister Ajikko
(1987)

Obatarian
(1990)

Sunrise juga telah menghasilkan anime non mecha dengan baik, seperti Crusher Joe (1983), Dirty Pair(1985), Mister Ajikko (1987), Obatarian (1990), Cowboy Bebop (1998), Infinite Ryvius (1999),Seraphim Call (1999), Inuyasha (2000), s-CRY-ed (2001), Yakitate! Japan (2004), Kekkaishi(2006) dan Freedom Project (2006).

Infinite Ryvius (1999)
Seraphim Call 
(1999)
Inuyasha
(2000)
s-CRY-ed
(2001)
Yakitate! Japan
(2004)

Sejumlah staf dari Sunrise telah keluar untuk membentuk perusahaan animasi independen yang telah menjadi terkenal, diantaranya Studio Deen didirikan oleh Hiroshi Hasegawa dan Takeshi Mochida,Bones didirikan oleh Masahiko Minami, dan Manglobe diproduksi oleh Shinichiro Kobayashi danTakashi Kochiyama

Kekkaishi 
(2006)

Freedom Project 
(2006)
Didirikan : September 1972 Markas besar Suginami, Tokyo , Jepang
Tokoh penting : Takayuki Yoshii (Chairman dan CEO) Kenji Uchida (Presiden) Karyawan 200 (2006)
Perusahaan induk : Namco Bandai
Anak perusahaan : Sunrise Music Publishing
Website :sunrise-inc.co.jp